Jumat, 01 Agustus 2014

Peringatan HUT RI ke-69


    
         Peringatan Hari Kemerdekaan 17 agustus adalah moment tahunan yang (dahulu) sangat dinanti-nantikan oleh seluruh bangsa Indonesia. Namun semakin jauh tahun ‘berlari’ dari Detik-detik kemerdekaan itu sendiri, yaitu tanggal 17 agustus 1945, Peringatan-peringatan 17 agustusan terasa semakin kian hambar. Bukan hanya karena tanggal 17 agustus dua tahun berturut-turut bertepatan dengan Ramadhan, tetapi 3-4 tahun sebelumnyapun peringatan 17 agustusan terasa “biasa-biasa saja”. Pertanyaan kemudian mucul dibenak kita, “ Masih adakah rakyat Indonesia ini yang memiliki jiwa patriotic ?”. Jawabanya “Ada..!!”. “Mereka para penjual bendera merah putih dipinggir-pinggir jalan poros Bontang-Lhoktuan, mereka-mereka yang menjual bendera di pasar-pasar tradisional berbas, lhoktuan dan para penjual bendera merahputih di kaki lima-kaki lima di seantero wilayah Indonesia. Mengapa demikian? Karena paling tidak jauh-jauh hari sebelum tanggal 17 agustus, mereka telah memikirkan bahwa tanggal 17 Agustus adalah hari proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia tercinta ini. Mereka sibuk membuat atau kulakan bendera untuk dijual bertepatan dengan menyambut peringatan hari bersejarah ini. Sementara bagi kita, mungkin masih belum terlintas bahwa hari itu merupakan hari maha penting dalam sejarah perjuangan bangsa kita. Kita mungkin tak acuh dan menganggap tanggal 17 Agustus sama saja dengan hari-hari biasa, tanpa memiliki makna apa-apa. Kalau toh kemudian kita harus mengikuti upacara bendera di kantor atau di sekolah, itu hanyalah sekedar karena kita tidak bisa menolak sebuah perintah. Kalau kita sudah “sering” berbohong, mungkin lebih enak bila kita berpura-pura sakit dan lebih baik tiduran di rumah dari pada harus berpanas-panas mengikuti sebuah upacara. Ya, upacara mempertingati hari ulang tahun sebuah kemerdekaan bangsa.Inilah gambaran betapa sudah lunturnya sebuah semangat patriotisme.
Adakah yang sudah tau bahwa peringatan hari kemerdekaan tahun ini jatuh pada hari minggu ? Ya, barangkali kita-kita yang punya acara berdekatan dengan tanggal 17, atau yang kebetulan berulang tahun di tanggal itu sajalah yang tahu persis bahwa 17 agustus 2014 adalah hari minggu. Adakah efek bagi karyawan PupukKaltim ?
Dulu, ketika di PKT ada kebiasaan upacara tanggal 17 setiap bulannya, saya rajin mengikutinya, kalau tidak bisa dibilang “paling” rajin. Karena dari departemen akuntansi yang biasa mengikuti upacara bulanan hanya 2-3 dan tidak pernah diatas 5 orang. Maka wajar kalau beberapa tahun yang lalu ( saat upacara bulanan dihapuskan) saya sempat membuat artikel tentang upacara ini. Yang barangkali banyak para pembaca mengatakan “ kurang kerjaan” pada saya.
Flashback ke belakang 30 tahunan yang lalu. Dulu, ketika saya masih di Sekolah Dasar, tujuh-belasan merupakan hari bersejarah yang ditunggu-tunggu. Pertandingan seni dan olahraga antar sekolah menjadi agenda rutin. Berbagai perlombaan dimulai sejak 1-2 minggu sebelum hari H. begitupula dikampung-kampung, perlombaan antar RT menjadi warna tersendiri peringatan hari paling bersejarah bangsa Indonesia ini. Di pagi tanggal 17 agustus. Dengan antusias, anak-anak sebaya saya bangun pagi-pagi . Setelah mandi, memakai seragam dan bergegas berangkat ke sekolah. Baju seragam satu-satunyapun disiapkan dengan ‘seksama’ dicuci-disetrika hingga halus benar. Dari masing-masing sekolah, murid-murid  berbaris dengan gagah menuju ke tanah lapang Kecamatan dimana diadakan upacara bendera memperingati proklamasi kemerdekaan.
Ingat masa kecil anda ? bagi yang tinggal dikampung.Di setiap gang di sepanjang jalan, dipasanglah gapura dari bambu yang bertuliskan “HUT Kemerdekaan RI Ke…, pagar-pagar rumah warga juga dikapur warna putih biar nampak bersih. Meskipun begitu sederhana, namun suasananya sangat kental mencerminkan sebuah patriotisme dan perjuangan.
Upacara 17 agustusan biasanya dimeriahkan berbagai atraksi seni dari semua lapisan masyarakat yang kemudian malam puncak peringatan diakhiri dengan pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk. Sangat meriah, apalagi ditambah maraknya para penjual makanan dan minuman khas kampung. Seperti; Lotek,pecel,kacang - jagung rebus,tahu campur,es campur,cendol dll.
Namun lambat laun, kemeriahanan dan semangat partriotisme dalam memperingati hari kemerdekaan ini mulai luntur. Kelompok-kelompok seni mulai terpinggirkan oleh pentas-pentas yang lain kalaupun ada.
Akibatnya, saat ini upacara memperingati kemerdekaan itu nampak sepi dari tahun ke tahun. Kesan tidak lagi ada nuansa patriotisme kian nyata. Semua yang mengikuti upacara pun tidak seperti dulu. Kalau dulu kita meluapkan ‘emosi’ saat menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menitikkan air mata ketika dinyanyikan lagu Gugur Bunga, kini peserta upacara asyik mengirim SMS atau main game di HP. Atau ketawa-ketawa kecil sambil menggoda peserta upacara di depannya.Ketika saya masih kecil saya kira hanya anak-anak yang suka usil saat upacara. Ternyata tidak, banyak anak-anak ‘berkumis’ dibarisan upacara 17-an.
Upacara memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan terkesan sebagai sebuah rutinitas karena keterpaksaan dari pada didasari semangat patriotisme. Mungkinkah karena generasi bangsa ini semakin jauh dari peristiwa heroik sejarah tanggal 17 Agustus 1945? Bisa jadi! Ataukah karena pemerintah yang selama ini belum bisa mewujudkan tujuan kemerdekaan menciptaka masyarakat adil makmur? Sangat mungkin!
Yang, jelas kita semua berkewajiban untuk mempertahankan sebuah negara NKRI yang dilahirkan oleh peristiwa bersejarah tanggal 17 Agustus 1945. Dilahirkan oleh sebuah proklamasi untuk menjadi bangsa yang berdaulat. Sebuah momen sejarah yang diraih dengan gugurnya hayat, melayangnya nyawa dan tetesan air mata.
Mari kita kobarkan kembali semangat patriotisme yang meredup. Kuncinya ada pada diri kita masing-masing. Jangan bertanya apa yang sudah diberikan negara kepadamu, tapi bertanyalah apa yang sudah kamu perbuat terhadap negara ini.

Selamat HUT Kemerdekaan RI yang ke 69. Sekali merdeka, tetap merdeka!

3 komentar: